Kamis, 31 Oktober 2013

Kegemaranku dengan sebuah majalah ternyata masih tinggi. Jika dipresentasikan masih mencapai 90 persenan. Dan itu selalu aku syukuri. Dahulu kala, waktu masih blepotan. Guru bahasa jawabaku. Pak Eko Suprapto mengajakku bergabung menjadi tim khusus untuk proyek sebuah majalah sekolah. Alhasil, majalah yang diberi nama MANDIRI hingga sekarang masih menjadi icon di sekolahanku. Tidak hanya di sekolahan, di kabupaten pun majalah MANDIRI menjadi majalah yang paling the best. Karena terkenal dengan majalah yang konsep dan timnya murni dari siswa-siswi sendiri. Berbeda dengan majalah sekolah lain. Dimana yang mendominasi majalah itu adalah bapak/ibu gurunya -buat nambah skor untuk sertifikasi- muridnya tak lebih dari 10 persen nyemplung di dalamnya.

Kini, di Semarang. Kegermaranku dengan majalah belum pudar. Setiap organisasi yang ku ikuti. Selalu ku upayakan untuk menerbitkan sebuah majalah. Pemikiranku ini baru terimplementasikan di Unissula. Di sebuah organisasi ekstra kampus. Walaupun hanya terbit satu kali saja.  Dan itu menjadi sejarah bagi organisasi itu, dimana majalah tersebut adalah majalah yang pertama dan terakhir. Namun, Aku tetap bangga. Bangga terhadap organisasi itu dan bangga terhadap diriku sendiri.

Kini aku aktif di organisasi kemasjidan setingkat Jawa Tengah. Di dalam organisasi itupun aku ingin menerbitkan sebuah majalah. Namun, seperti cerita-cerita penerbitan majalah sebelumnya (yang sudah-sudah) tim redaksi merupakan kendala terbesar. Tanpa adanya tim yang solid. Tidak akan sebuah majalah berwujud.

Hari ini, aku menemukan inspirasi baru. Inspirasi yang dapat menggugah kegemaranku terhadap majalah bangun kembali. Inspirasiku ini muncul saat mendownload sebuah majalah Mugazine. Sebuah majalah dari kedai digital milik mas Saptuari. Seorang pengusaha mug yang sukses di Jogja.

Dari majalah itu aku menemukan banyak ide. Terutama mengenai isi dan layoutnya. Aku berharap dari majalah itu, semangatku untuk membuat majalah di organisasi yang ku ikuti saat ini kembali bangkit. Sehingga, niatan untuk menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain dapat segera terwujud. Iya, bermanfaat. Bermanfaat dengan mengupayakan sesuatu sesuai dengan bidangku. Ini dengan dasar agar tidak ada kerikil-kerikil penghambat keiklasanku dalam berusaha  menjadi orang yang bermanfaat. Semoga ini nantinya menjadi amal yang aku siapkan untuk kehidupanku mendatang dan kelak. Amin

Salam hangat
Semangat berusaha




Tagged:

0 comments:

Posting Komentar