Selasa, 28 Januari 2014


"Setiap orang mukmin dan mukminah akan diuji oleh harta, kekayaan, dirinya, anaknya dan keluarganya. Dia diuji menurut kadar pemahaman agamanya. Jika ia kuat dalam agamanya, akan diberikan ujian yang lebih berat." (Q.S. Ali Imran, 3: 186)

Kandungan isi ayat tersebut secara tersirat menggambarkan cobaan dan duka yang menyelimuti keluarga Ibu Praptini (33 tahun) dan Bapak Kaswadi (34 tahun). Pasangan suami istri ini harus menerima kenyataan bahwa anaknya, Dimas Bekti Pratama (9 tahun) menderita Tumor. Dengan raut muka yang kusut kedua orang tua Dimas berbagi cerita kepada rombongan Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (RISMA-JT) yang berkunjung kerumahnya. Minggu (26/1) kemarin.

***

Jatuh dari sepeda bagi seorang anak adalah hal yang biasa. Namun bagi Dimas, jatuhnya dari sepeda menjadikan asa yang berkepanjangan bagi dirinya dan keluarganya. Suatu ketika saat Dimas bermain sepeda bersama kawan-kawannya, Dimas terjatuh. Perutnya terbentur setang sepeda. Melihat perut Dimas yang lebam, sontak ibunya bergegas membawanya ke bidan, dan alhamdulillah sembuh. Selang beberapa hari, perut Dimas kembung dan terlihat buncit. Kondisinya melemah dan perutnya terus membesar. Lagi-lagi sang ibu harus membawanya berobat. Kali ini ia membawa Dimas ke dokter spesialis anak. Namun dokter tersebut menyarankan Dimas agar segera dibawa ke rumah sakit. Keterbatasan alat di RSUD membuat Dimas harus dirujuk ke rumah sakit Kariadi Semarang.
Bermacam pertanyaan mulai bermunculan di benak Praptini, ibunda Dimas. Ia belum tahu apa yang sebenarnya terjadi pada anak tungggalnya itu. Dengan pikiran berkecambuk dan wajah yang pucat, Praptini memberikan kabar kepada suaminya, Kaswadi, yang sedang bekerja. Mendengar kabar tentang anaknya, Kaswadi lantas meninggalkan pekerjaan dan segera menyusul ke rumah sakit.
Pasangan suami istri itu tertunduk lemas kala mendapati keterangan dari dokter. Dimas didiagnosa menderita tumor di bagian ginjal yang mengakibatkan perutnya membesar. Rasa kaget, sedih dan tak percaya berkutat di dalam dada mereka. Mau tak mau mereka harus menerima kenyataan bahwa anaknya yang baru berumur 9 tahun itu menderita tumor ganas di dalam perutnya.
Jamkesda yang hanya bertahan selama 15 belas hari mengharuskan Praptini dan Kaswadi mengeluarkan biaya pribadi untuk melanjutkan perawatan anaknya. Namun, karena latar berlakang Kaswadi hanyalah seorang pekerja bangunan dengan penghasilan paspasan, tepaksa Dimas harus dibawa pulang dari rumah sakit. Pasangan suami istri yang tinggal di jalan Kaligawe Susukan RT 02 RW 05 Ungaran Timur ini terpaksa membawa Dimas pulang karena alasan biaya. Dimas dari hari ke hari semakin kurus dan perutnya membesar seperti penderita busung lapar (Marasmus Kwashiorkor). Orang tuanya tak sanggup menanggung biaya Dimas yang sangat besar. Dokter menyarankan agar Dimas menjalani kemoterapi dengan 10 suntikan tiap harinya. Dengan perkiraan menelan biaya 15 juta rupiah per bulan.
Karena terbatasnya biaya, akhirnya Dimas dirawat di rumah sambil orang tuanya berikhtiar mencari pengobatan alternatif. Dimanapun orang mengatakan tempat praktik pengobatan alternatif terbaik, mereka akan mendatanginya. Malangnya, Sudah berulang kali mencoba pengobatan laternatif, namun hasilnya tetap nihil. Sedikitpun tak ada perubahan terhadap penyakit Dimas. Bahkan perutnya makin membesar dan mengeras.
Keluarga berencana membawa Dimas ke rumah sakit lagi. Kaswadi ditemani tetangganya berupaya mengajukan keringanan di Dinas Kesehatan dengan cara mengurus langsung surat Jamkesmas ke Jakarta. Alhasil, beberapa bulan kemudian surat itu didapatkannya. Ia sedikit lega, karena dapat membawa anaknya kembali ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Setidaknya senyum Dimas dapat kembali mengembang.
Tenyata, senyuman manis seorang anak yang harusnya kini duduk di bangku kelas III sekolah dasar ini belum dapat dinikmati Kaswadi dan Praptini. Anaknya yang bercita-cita menjadi seorang polisi tersebut harus menerima ribetnya birokrasi pemerintahan. Saat Kaswadi berserta istrinya membawa Dimas ke rumah sakit dengan modal Jamkesmas, pihak rumah sakit menolaknya. Dengan alasan, Jamkesmas per januari 2014 akan berganti nama menjadi BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial). Hingga saat ini, Kaswadi dan Praptini tidak tahu harus menunggu sampai kapan agar anaknya dapat dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan intensif. Kalau ada pilihan menunda penyakit Dimas, pasti orang tua Dimas akan memilihnya sampai BPJS itu keluar.
Dimas sangat merindukan bangku sekolah. Semangat berlajarnya sangatlah tinggi. Namun, melihat kondisi fisik dengan perut besar bahkan melebihi ibu hamil serta kaki yang membengkak dan mengeluarkan bau tak sedap membuatnya minder. Kini Dimas sudah hampir 11 bulan tidak masuk sekolah. Ia hanya bisa duduk trenyuh dan mengiklaskan nasibnya di atas kursi dengan tiga buah bantal yang menopang tubuh mungil dan perut buncitnya.
Disisi lain, orang tua Dimas sangat kecewa dengan pihak sekolah. Kekecewaan Kaswadi membuncah tatkala ia ingin meminta surat keterangan yang menyatakan bahwa Dimas merupakan peserta didik sekolah tersebut. Tak disangka, ternyata Dimas sudah tidak lagi tercatat sebagai murid di sekolah itu. Alasannya, Dimas sudah tidak masuk berbulan-bulan. Dengan kata lain, pihak sekolah secara tidak langsung menyatakan Dimas dikeluarkan karena sering bolos. Karena amarah, seketika itu Kaswadi langsung merobek foto copy KK dan raport Dimas.
Orang tua Dimas sangat berharap anak tunggalnya segera sembuh dan dapat bersekolah lagi. Sehingga dapat menggapai cita-citanya sebagai polisi. Ratusan tetes air mata dan ribuan do’a kini tercurahkan untuk Dimas. Semoga bulir air mata yang jatuh dan aliran do’a yang mengiringinya menjadi buah manis untuk Dimas dapat tersenyum kembali.
Apakah kita akan berpangku tangan melihat kondisi orang memilukan disekitar kita? Apakah kita akan terus melihat ke atas, sehingga yang di bawah sedikitpun tak kita hiraukan? Hidup hanya sekali dan tidak ada yang tahu kapan kita akan dipanggil oleh Sang Pencipta. Harta melimpah tidak akan menyelamatkan kita kelak, namun amal yang sholehlah yang dapat membawa kita ketempat terindah. Mari ulurkan tangan kita untuk menolong sesama. Dimas Bekti Pratama, anak kecil yang diberikan ujian lebih berat dibanding kita, menunggu uluran tangan untuk mengembalikan senyum terindahnya.


Publish by : Tim Redaksi Lembaga Pers & Jurnalistik Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (Risma JT)

Bagi para dermawan yang ingin membantu dapat menghubungi :
Sekretariat RISMA JT Jln. Gajah Raya, Gayamsari Semarang Telp: (024) 6717130 / Toufik: 0857-4025-7603 atau kirim bantuan melalui BNI Syariah No. rekening : 0328586184 / An :Muhammad Nur Ahadi QQ RISMA JT








Tagged:

0 comments:

Posting Komentar