Jumat, 06 Desember 2013

Otak ini masih saja belum mau berhenti berfikir tentang makna hidup. Sebenarnya hidup ini maknanya apa? Atau hidup itu akan bermakna ketika?

Saat keegoisan muncul. Memikirkan diri sendiri saja belum tentu mumpuni apalagi harus memikirkan orang lain. Memberdayakan diri sendiri saja belum mampu, bagaimana harus memberdayakan orang lain. Bermanfaat untuk diri sendiri saja belum bisa, bagaimana ingin bermanfaat untuk orang lain.

Seringnya, manusia sekarang yang juga disebut sebagai hewan berOTAK. Menafsirkan kata bermanfaat itu kalau dirinya merasa telah berbuat sesuatu terhadap orang lain. Payahnya sedikitpun tak mau nentolerir apakah yang dilakukannya itu membuat orang lain merasa diberikan manfaat atau tidak. Yang ditahu hanya yang penting melakukan sesuatu kepada orang lain yang dianggapnya bermanfaat. Walaupun orang yang kita lakui sesuatu itu belum tentung merasa diberi manfaat.

Seperti lakuku hari ini. Setelah melakukan sesuatu terhadap orang lain, mengorbankan waktu, tenaga bahkan materiil, lalu aku menganggap diriku telah melakukan suatu hal yang bermanfaat bagi orang lain. Padahal belum tentu orang yang merasa ku bantu itu merasa terbantu atas tindakanku.

Yang mengerti bahwa tindakanku itu bermanfaat bagi orang lain adalah orang yang mendapatkan suatu tindakan dariku dan juga Tuhan Semesta Alam.

Kalau orang yang mendapati suatu tindakan dariku tapi merasa termanfaati berarti tindakanku bermanfaat. Akan tetapi kalau orang yang mendapati tindakanku tadi tidak merasa termanfaati berarti tindakanku tidak bermanfaat.

Kalau Allah adalah Tuhanku yang selalu mengerti tentang keadaan, sifat, sikap dan perbuatan hambanya. Jika dibanding dengan penilaian manusia, maka Tuhanku tidak akan ada yang menandinginya. Karena Dia adalah penguasa atas segala alam ini.

Tagged:

0 comments:

Posting Komentar